Ada godaan diawal
langkah kaki. Sebab pertama yang nantinya mengiringi akibat selanjutnya. Soalan
siapa dan bagaimana tidak lagi terbaca. Sebab putaran semesta masih sama.
Ukuran seperti apa yang diperlukan? Dimana yang patah tersambung kembali. Kali
ini jangan lagi berjalan tanpa harapan menunggu didepan. Frasa adalah penjelas
yang sesungguhnya. Ia tidak bersembunyi atau berkamuflase dengan apa yang
terlihat. Lebih dari itu, ia adalah bahasa yang lebih dalam.
Aku tidak pernah
mencari dan mengganti jalan. Kepercayaan pada tutur masih nampak meyakinkan.
Kendati jurang semakin tak terhingga. Akupun tak mengerti bagaimana mungkin
adalah mungkin. Bagiku semua bukan imaji liar. Entah apa yang lebih tinggi dari
keyakinan ini. Mungkin tidak ada.
Saat-saat dimana
bayangmu menjelma rindu dan aku terpaku disudut malam. Bayangkan lelah tak
berjumpa dengan bangkit. Menyusun kembali serat-serat mati dari apa yang
dinamakan mengerti. Bukan lagi hari ini atau kemarin. Esok adalah jawaban kusut
dari lipatan hidup yang menemukan jawabnya. Masalah luka menganga yang tak
kunjung kering soalan lain. Yang sakral tak pernah berpaling dan menilai pada
apa yang tersesat dan mengharap pulang.
Misteri hidup yang
menawarkan banyak genangan. Walau senyum kadang juga datang mendekap pagi dan
petang. Nyatanya itu semua tak cukup
membendung kengerian akan hati yang tak kunjung menemukan pada siapa ia akan
tinggal dan menetap. Selalu saja ada dinding yang retak disela-sela tawa. Ihwal
senja yang semakin redup bersuara pada bercak pintu. Menunggu capaian dipuncak
peluk gelap.
Malam penghabisan hari
ditahun ini, semerbak wewangian mendapat tempat. Alpa yang sadar oleh aroma
merpati petualang. Semoga hari-hari esok adalah jawaban.