Senin, 23 Oktober 2017

Mahasiswa Veteran, Merenunglah...


Diera reformasi
Perjuangan suci anak negeri  menghadapi tirani
Ada yang hilang tanpa kembali pulang
Ada yang pulang dengan janji kemenangan
Sementara kini…
Cita-cita agung terkungkung seperti kangkung dalam karung 
Mahasiswa kaya semester basah tanpa payung
Skripsi tak kunjung rampung sementara semangat semakin mendung
Terluntah-luntah mendayung menuju tepi yang tak berujung

Kau sibuk berdiskusi tentang kondisi Negara yang carut-marut. Di kampus, asrama, kos-kosan, warung kopi, taman kota, pinggir jalan, tema ini seperti menjadi pembahasan wajib disetiap pertemuan. Pejabat korup, hakim yang disuap, Anggota dewan yang menyuap,  isu SARA di paggung perpolitikan, sampai dengan istilah “Pribumi” yang dilontarkan Gubernur dalam pidato perdananya setelah dilantik. Kau Sibuk berkomentar, berceloteh dimedia social tentang stagnasi perjalanan negara yang semakin mengkhawatirkan.
Kau, atas nama rakyat dan keadilan, turun kejalan berteriak menyuarakan kebenaran. Padahal syarat kepentingan (baca: kepentingan politik). Merenungi hal itu, teringat petuah seorang senior “Mahasiswa yang merugi adalah mereka yang terjebak pemaknaan kontrol sosial dan lupa kontrol diri. Mengaku pelopor padahal koprol”.
Kau, karena ketakutan berlebihan tentang bagaimana nasib setelah wisuda, bertualang mencari pekerjaan dengan resiko menjadi pengangguran, pacar yang minta segera dinikahi sementara pekerjaan sulit ditemui-bersembunyi dibalik topeng mahasiswa aktivis yang disibukkan dengan pengawalan kepentingan rakyat. Pada kenyataannya, terjun kedunia politik praktis, termakan agitasi bernada kepentingan, jadi tim sukses partai, penjilat pejabat dan birokrat. Kampus menjadi rutinitas tanpa isi. Lebih suka diwarung kopi, selfie, mendaki dan terlalu membumi. kuliah terbengkalai hingga diberi julukan Mahasiswa Veteran. Kadang bersikap selayaknya borjuis tak jarang bersikap fakir, Perbedaan mencolok antara awal dan akhir bulan.
Kau, dalam keremangan yang semakin gelap, di kamar kos yang terasa sesak, merenunglah, selami kesadaran hakiki, sadari betapa selama ini kau terjebak pada pemaknaan yang salah. Ayah dan bunda yang sabar menanti kesuksesanmu walau peluh membasahi wajah mereka ditengah terik matahari demi kiriman yang selalu kau tanyakan.
Merenunglah…







Titik Koma (;)

Padamkan amarahmu atas dunia yang sulit direka juga komentar-komentar itu. Cepat atau lambat kau hanya harus memilih; Pulang tapi tak kem...