Terlalu
sering sejarah mencatat, pemuda sebagai
motor penggerak utama perubahan radikal pada suatu Negara atau bangsa.
Dengan semangat yang masih berkobar-kobar, idealisme yang keras laksana baja,
kaum yang satu ini mampu mengantarkan cita-cita perubahan tidak hanya menjadi
suatu bualan tanpa arti. Mimpi tentang tatanan Negara yang memihak rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara Demokrasi adalah suatu kebutuhan
yang harus ada dalam setiap perjuangan gerakan kaum muda.
Negara
ini pun tak lepas dari kontribusi besar kaum yang berani namun kadang sulit
diatur ini. Lengsernya sang pemimpin besar revolusi sampai dengan episode
berdarah-darah pada Sembilan delapan hingga mundurnya the smiling president yang berkuasa lebih dari tiga dasawarsa. Semua
kisah heroik itu terukir dengan apik bahkan tak jarang berubah menjadi
pengkultusan sejarah .
Delapan
puluh Sembilan tahun yang lalu, orang-orang muda pilihan dari berbagai daerah
di Nusantara berkumpul dalam agenda merumuskan sumpah yang menjadi konsensus
bersama dalam kehidupan berbangsa. Jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk,
kesadaran berbangsa telah lebih dahulu dibangun.
Soempah
pemoeda!
Kami
poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air
Indonesia
Kami
poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
Kami
poetra dan poetri Indonesia, mengjoengjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Disetiap
perjalanannya dalam usaha mengibarkan panji-panji keadilan di negeri ini, tidak
sedikit tekanan dan upaya membungkam suara-suara mereka gencar dilakukan oleh
penguasa. Penculikan aktivis-aktivis mahasiswa menjadi corak yang melekat dalam
pemerintahan orde baru. Namun sekali lagi, dengan gagah berani melawan tirani,
semangat juang meraka tak pernah surut.
Disini
perlunya pengkajian sejarah secara cermat. Bagaimana kaum muda sebelumnya
bertindak, militansi perjuangannya, terindikasi tidaknya pergerakan mereka
dengan politik, atau gerakan mereka hanya sebuah gambaran luar dari tatanan
global yang bermuara dari Negara-negara pemegang modal (kapitalis).
Lantas
bagaimana kondisi kaum muda saat ini? Masih adakah semangat juang yang tersisa?
“Maka
tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa)…”
(QS. Yunus:83)
Gambaran
Al-quran diatas adalah bentuk ideal pemuda. Berani menentang rezim zalim
Fir’aun demi sebuah kebenaran. Seorang Nabi dan Rasul yang dalam islam dijuluki
sebagai bapaknya para Rasul ketika mendakwahkan ajaran tauhid pun adalah
seorang pemuda.
Salah
satu sahabat karib sekaligus kerabat nabi yang masuk islam sejak awal juga
adalah pemuda. ialah Ali Bin Abi Thalib. Beliau setia menemani nabi pada
masa-masa terberat dalam usaha menyiarkan islam. Dikucilkan dari komunitas,
hingga ancaman pembunuhan tak menyurutkan komitmennya dalam kebenaran. Sikap
berani menghadapi tantangan melawan kebatilan telah menjadi ciri khusus pemuda
sejak dulu.
Sebuah
Jawaban
Namun
demikian, risalah perjalanan kaum ini dalam pergolakannya tak mululu bicara
pada persoalan positif. Tidak sedikit dari mereka terlibat dalam hal-hal
negatif. Meng-globalnya budaya barat telah mengantarkan bangsa ini terutama
pemudanya berada dalam labirin menyesatkan yang disetiap sudutnya terdapat berbagai
macam godaan yang terlalu membumi. Alhasil, lahirnya generasi-generasi
materialistis yang tidak bisa diharapkan. Ciri-ciri ini, mulai Nampak jelas
didepan mata.
Dengan
alasan pembangunan ekonomi, Negara terkesan cuek dengan kondisi moral anak bangsa.
Negara dalam fungsinya menjaga stabilitas sosial guna mempersiapkan generasi
emas yang nanti akan membawa Negara ini menjadi Negara yang madani, perlu
segera mencari solusi. Pembangunan tidak hanya dilakukan pada lini yang
bersifat materil, namun harus menyentuh pada masalah membangun budaya-moral.
Penguatan
budaya nasional yang menjunjung etika dan moral perlu menjadi perhatian utama.
Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas moral anak bangsa. Ketika moral
pemudanya terbangun, maka harapan dan cita-cita bangsa akan memperoleh ahli
waris berkualitas yang dapat dipercaya memegang tongkat estafet perjuangan
selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar