Rabu, 08 November 2017

Pemuda, Sebuah Pembacaan

Terlalu sering sejarah mencatat, pemuda sebagai  motor penggerak utama perubahan radikal pada suatu Negara atau bangsa. Dengan semangat yang masih berkobar-kobar, idealisme yang keras laksana baja, kaum yang satu ini mampu mengantarkan cita-cita perubahan tidak hanya menjadi suatu bualan tanpa arti. Mimpi tentang tatanan Negara yang memihak rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam Negara Demokrasi adalah suatu kebutuhan yang harus ada dalam setiap perjuangan gerakan kaum muda.
Negara ini pun tak lepas dari kontribusi besar kaum yang berani namun kadang sulit diatur ini. Lengsernya sang pemimpin besar revolusi sampai dengan episode berdarah-darah pada Sembilan delapan hingga mundurnya the smiling president yang berkuasa lebih dari tiga dasawarsa. Semua kisah heroik itu terukir dengan apik bahkan tak jarang berubah menjadi pengkultusan sejarah .
Delapan puluh Sembilan tahun yang lalu, orang-orang muda pilihan dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul dalam agenda merumuskan sumpah yang menjadi konsensus bersama dalam kehidupan berbangsa. Jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk, kesadaran berbangsa telah lebih dahulu dibangun.

Soempah pemoeda!
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengjoengjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia

 Disetiap perjalanannya dalam usaha mengibarkan panji-panji keadilan di negeri ini, tidak sedikit tekanan dan upaya membungkam suara-suara mereka gencar dilakukan oleh penguasa. Penculikan aktivis-aktivis mahasiswa menjadi corak yang melekat dalam pemerintahan orde baru. Namun sekali lagi, dengan gagah berani melawan tirani, semangat juang meraka tak pernah surut.
Disini perlunya pengkajian sejarah secara cermat. Bagaimana kaum muda sebelumnya bertindak, militansi perjuangannya, terindikasi tidaknya pergerakan mereka dengan politik, atau gerakan mereka hanya sebuah gambaran luar dari tatanan global yang bermuara dari Negara-negara pemegang modal (kapitalis).
Lantas bagaimana kondisi kaum muda saat ini? Masih adakah semangat juang yang tersisa?  

Pemuda Dalam Islam
“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa)…” (QS. Yunus:83)
Gambaran Al-quran diatas adalah bentuk ideal pemuda. Berani menentang rezim zalim Fir’aun demi sebuah kebenaran. Seorang Nabi dan Rasul yang dalam islam dijuluki sebagai bapaknya para Rasul ketika mendakwahkan ajaran tauhid pun adalah seorang pemuda.
Salah satu sahabat karib sekaligus kerabat nabi yang masuk islam sejak awal juga adalah pemuda. ialah Ali Bin Abi Thalib. Beliau setia menemani nabi pada masa-masa terberat dalam usaha menyiarkan islam. Dikucilkan dari komunitas, hingga ancaman pembunuhan tak menyurutkan komitmennya dalam kebenaran. Sikap berani menghadapi tantangan melawan kebatilan telah menjadi ciri khusus pemuda sejak dulu.
Sebuah Jawaban 
Namun demikian, risalah perjalanan kaum ini dalam pergolakannya tak mululu bicara pada persoalan positif. Tidak sedikit dari mereka terlibat dalam hal-hal negatif. Meng-globalnya budaya barat telah mengantarkan bangsa ini terutama pemudanya berada dalam labirin menyesatkan yang disetiap sudutnya terdapat berbagai macam godaan yang terlalu membumi. Alhasil, lahirnya generasi-generasi materialistis yang tidak bisa diharapkan. Ciri-ciri ini, mulai Nampak jelas didepan mata.
Dengan alasan pembangunan ekonomi, Negara terkesan cuek dengan kondisi moral anak bangsa. Negara dalam fungsinya menjaga stabilitas sosial guna mempersiapkan generasi emas yang nanti akan membawa Negara ini menjadi Negara yang madani, perlu segera mencari solusi. Pembangunan tidak hanya dilakukan pada lini yang bersifat materil, namun harus menyentuh pada masalah membangun budaya-moral.
Penguatan budaya nasional yang menjunjung etika dan moral perlu menjadi perhatian utama. Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas moral anak bangsa. Ketika moral pemudanya terbangun, maka harapan dan cita-cita bangsa akan memperoleh ahli waris berkualitas yang dapat dipercaya memegang tongkat estafet perjuangan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Titik Koma (;)

Padamkan amarahmu atas dunia yang sulit direka juga komentar-komentar itu. Cepat atau lambat kau hanya harus memilih; Pulang tapi tak kem...