Kamis, 29 Maret 2018

Si Bokag


Entah sebuah kebetulan atau memang keadaan yang memaksa sadar tunduk pada pilihan-pilihan keliru. Semangat pada yang satu dan kebersamaan yang jauh sebelumnya telah dibangun para mogoguyang tidak lagi menjadi nilai yang dipandang berharga. Bagaimana mungkin mimpi berdikari menyentuh lapisan kenyataan sementara kita sibuk dengan kelompok kita sendiri?.
Disamping salah yang pada kenyataannya disadari, ada-ada saja pembenar yang datang menawarkan diri. Kemakmuran jangka panjang turut serta berdiri pongah penuh kebanggaan, adalah mimpi yang masih menari-nari dalam cerita takhayul. Merasa sedang dalam tugas suci padahal sedang dimainkan dalam guci.
Dimana posisi kita? ditengah pusaran kepentingan yang membuat linglung? tanyakan pada sadar yang menunggu diketuk. Sederhana sebenarnya. Duduk bersila, merenung dan lihat kenyataan yang terang. Setidaknya ada kebenaran yang tersembunyi menunggu di teruskan menjadi aksi nyata.
Katanya legowo. Menerima kenyataan dan siap kalah demi kebenaran. Omong kosong! tidak ada kejujuran disetiap peperangan. Apa yang menjadi tujuan itulah titah suci. Perkara usaha menggapainya, berlumuran lumpur busuk, bermandi dusta, adalah benar lakunya.
Tabiat suka berpecah dan lemah. merasa benar sedang kesalahan nyata didepan mata. atau memang ini alasan dibalik protes malaikat saat tuhan menciptakan Adam? setidaknya tanyakan itu pada masing-masing kita.
Tidak ada kami, tidak ada golongan, kita adalah satu yang berpencar. Harapan merajut kembali masih ada. Paling tidak dengan mengingat siapa kita. Bukan untuk mereka diatas sana.
Bokag... Bokag...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Titik Koma (;)

Padamkan amarahmu atas dunia yang sulit direka juga komentar-komentar itu. Cepat atau lambat kau hanya harus memilih; Pulang tapi tak kem...